KABUT cukup tebal menyelimuti kawasan pegunungan itu pada Minggu pagi pekan terakhir Desember 2004. Di jalan, pengendara kendaraan bermotor beroda empat dan dua menyalakan lampu.
DI sebuah lembah yang dikitari oleh perbukitan, sekelompok ibu-ibu pedagang tengah menata dagangan mereka di atas meja-meja. Sekelompok pemuda berjaket tengah berkerumun di tempat parkir kendaraan yang masih kosong. Beberapa orang di antara mereka tengah merokok, mungkin untuk mengurangi udara dingin. Dua orang di antara mereka lalu mencoba menyalakan api di setumpukan kayu, persis di batas luar lahan parkir.
Kecuali ibu-ibu pedagang dan kelompok pemuda, tidak ada orang lain terlihat di kawasan itu. Kesan sepi terasa menaungi kawasan berhawa sejuk tersebut. Di kejauhan, di punggung-punggung bukit yang mengelilingi danau dan kebetulan tidak diselimuti kabut, tanaman sayuran berbagai jenis terlihat hijau subur. Samar-samar terlihat sejumlah petani tengah memetik sayuran di kebun mereka. Pemandangan dan udara pagi terasa segar.
"Pada hari Minggu seperti sekarang ini biasanya pada siang nanti pasti akan datang banyak pengunjung. Akan tetapi mungkin saja hari ini sepi, tergantung hujan turun atau tidak," ucap Darmawan, salah seorang pemuda di tempat parkir.
Kendati senyap masih menyergap, kawasan wisata Danau Mas di Desa Karang Jaya, Kecamatan Selupu Rejang, Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu, itu terasa menyimpan potensi keindahan alami yang menawan. Meskipun obyek wisata yang ditawarkan hanyalah berupa danau di perbukitan, kawasan itu tetap menawan bagi pengunjung yang datang. Terlebih lagi, kawasan Rejang Lebong sedikit memiliki obyek wisata. Kawah Bukit Kaba dan Air Panas Suban hanyalah dua lokasi wisata lain yang menjadi pilihan wisatawan di daerah itu.
Danau Mas terletak sekitar 19 kilometer dari Curup, ibu kota Kabupaten Rejang Lebong, atau sekitar 25 kilometer dari Lubuk Linggau, Sumatera Selatan. Danau ini terletak di tepi jalan yang menghubungkan dua kota bertetangga tetapi lain provinsi tersebut.
Lokasi Danau Mas akan dengan mudah terlihat oleh para pengguna jalan yang tengah melintas. Letak danau yang berada di lembah, persis di bagian bawah tepi jalan, memudahkan pemakai jalan untuk melihatnya.
"Pengunjung yang datang ke sini, sebagian memang pemakai jalan yang tengah melintas, baik ke arah Lubuk Linggau maupun ke arah Curup dan Bengkulu," kata seorang tukang parkir.
DANAU Mas memang menjadi pilihan yang menarik untuk sekadar menghilangkan penat, terutama bagi warga Kota Bengkulu dan daerah pantai lain di Bengkulu. Dengan datang ke lokasi wisata ini, paling tidak warga yang umumnya berdiam tak jauh dari pantai mendapatkan suasana lain, yakni pegunungan, termasuk udaranya yang sejuk dan segar.
Warga Lubuk Linggau pun hanya memiliki pilihan lokasi wisata berhawa sejuk di Danau Mas. Perbedaan iklim dan suhu udara menjadikan kawasan wisata ini menjadi pilihan yang tidak boleh ditinggalkan. Apalagi di Lubuk Linggau tidak ada lokasi wisata berudara sejuk seperti Danau Mas.
Namun sayang, potensi begitu besar yang dapat mendukung berkembangnya bisnis wisata danau tersebut rupanya belum menjadi prioritas pemerintah daerah setempat untuk mengembangkannya. Fasilitas pendukung tempat wisata itu jauh dari memadai.
Untuk penunjang wisata utama, yaitu danau, misalnya, saat ini hanya tersedia beberapa sepeda air. Terbatasnya fasilitas pendukung itu menyebabkan pengunjung yang hendak bermain-main di danau kerap harus lama antre bersama pengunjung lain.
Fasilitas pendukung lain hanya berupa taman di bawah pepohonan di sisi timur danau. Di lokasi ini terdapat pula beberapa kursi ayun besi, yang biasa digunakan bermain oleh anak- anak atau pasangan muda-mudi yang tengah berpacaran. Meski dengan fasilitas terbatas, tempat di tepi danau ini tetap cukup lumayan bagi keluarga yang hendak melepas penat dan bagi anak-anak mereka yang mendapat hiburan sehat.
Dengan fasilitas yang masih terbatas, Danau Mas tetap menjadi pilihan warga untuk berkunjung karena memang tidak ada pilihan tempat wisata sejenis di kawasan itu. Menurut Burmawi, pengelola Danau Mas, pada hari Minggu atau hari libur rata-rata 300 pengunjung datang ke tempat wisata alam tersebut.
"Jumlah pengunjung akan semakin banyak pada waktu digelar panggung hiburan di tempat ini," katanya.
Pada hari-hari biasa, ungkap Burmawi, jumlah pengunjung tak terlalu banyak. Jumlahnya hanya puluhan orang. Ia mengakui, masih sedikitnya pengunjung yang datang ke danau dengan nama resmi Danau Mas Harun Bastari itu memang karena masih terbatasnya fasilitas pendukung.
Saat ini di sekitar kawasan danau seluas 36 hektar yang dibuka sebagai tempat wisata pada tahun 1980-an tersebut hanya terdapat tiga vila dan satu hotel. Semuanya itu dikelola oleh swasta.
Pemerintah Kabupaten Rejang Lebong sendiri sebenarnya tak tinggal diam. Malah pemerintah kabupaten telah mengalokasikan anggaran belasan miliar rupiah untuk membangun kawasan wisata Danau Mas yang lebih representatif. Selain akan dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung danau dan taman di sekelilingnya, sebanyak 100 vila juga akan dibangun di perbukitan di atas danau.
Hingga pembangunan terhenti, seperti yang terlihat pada akhir Desember 2004, sebanyak 53 vila telah dibangun. Dari lokasi di ketinggian itu, Danau Mas dan sekitarnya bisa terlihat. Sementara untuk kawasan danau sendiri belum ada penambahan fasilitas pendukung, termasuk rencana membangun rumah makan di pulau yang ada di tengah danau. Belum jelas mengapa rencana besar itu terhenti.
Terhentinya proyek pembangunan Danau Mas tentu saja menyebabkan danau tersebut tetap merana. Pengunjung pun tetap hanya bisa menikmati fasilitas wisata yang terbatas. Danau Mas memang belum sekemilau seperti namanya. Kemilau Danau Mas masih tertutup kabut setumpuk permasalahan pengelolaannya. (AGUS MULYADI)
di copy dari kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar