KEINDAHAN Danau Lau Kawar seakan tenggelam dalam pesona Danau Toba yang menjadi andalan negeri ini. Dibandingkan dengan luas Danau Toba yang mencapai 1.265 kilometer persegi, luas Danau Lau Kawar yang hanya 200 hektar memang tak ada apa-apanya. Tetapi, Lau Kawar sebenarnya memiliki pesona tersendiri yang tidak kalah indahnya dibandingkan dengan Toba yang sudah mendunia.
JALAN berliku dan sempit menuju danau di ketinggian 1.425 meter di atas permukaan laut tersebut niscaya segera terlupakan. Keindahan segera mengusir kepenatan begitu sampai di tepian Danau Lau Kawar.
Air danau yang bening dan tenang, serta udara yang sejuk, adalah sambutan pertama saat mencapai danau ini. Keindahan akan kian terasa saat berdiri di tepi danau.
Rakit-rakit kecil para pencari ikan yang baru menepi bersamaan dengan tenggelamnya matahari adalah pesona yang luar biasa indahnya. Riak gelombang yang lembut memecah bias bayangan mereka.
Ikan yang dicari para penjala dan pemancing tersebut juga bisa langsung dibeli untuk kemudian disantap di tepi danau. Bara api pembakaran ikan dan bau sedap ikan bakar niscaya akan menghalau udara dingin di sekitar danau.
Selain air jernih dan tenang, rimbunan pepohonan mengelilingi danau ini adalah pesona tersendiri. Di tengah gencarnya pembabatan liar, ternyata masih ada hutan yang relatif lestari.
DANAU Lau Kawar di Desa Kuta Gugung, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, adalah satu dari dua danau di Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), selain Danau Marpunge.
Danau ini merupakan salah satu pintu gerbang utama para pendaki untuk mencapai puncak Gunung Sinabung yang memiliki ketinggian 2.451 meter dpl. Selama ini gunung tertinggi di Sumut ini merupakan salah satu gunung favorit bagi para pendaki.
Di samping itu, Deleng (bukit) Lancuk yang berada di sekitar Danau Lau Kawar bisa juga menjadi jalur tracking yang menawan bagi para pelancong yang tak ingin bersusah-susah mendaki Sinabung.
Dan tanah lapang di sekitar danau bisa menjadi tempat favorit untuk menginap dengan mendirikan tenda selama pendakian ke Gunung Sinabang.
Seperti Arya (18), pelancong yang ditemui Lau Kawar, mengatakan, hampir setiap liburan sekolah dia berkunjung ke Lau Kawar dengan teman-teman sekolahnya. Menurutnya, area wisata Lau Kawar sangat lengkap, yaitu terdapat danau untuk kegiatan berenang, gunung untuk kegiatan pendakian, dan hutan untuk tracking.
"Wisata di sini murah meriah. Kami bisa bermalam juga dengan mendirikan tenda beramai-ramai di tepi danau. Kalau mau, kita juga bisa keliling danau dengan naik rakit," katanya.
Dengan segala potensi pesona alamnya, hingga saat ini pengunjung Lau Kawar masih sangat sedikit. Tidak setiap hari Lau Kawar dikunjungi pelancong. Lau Kawar hanya didatangi pengunjung pada hari Sabtu sore, Minggu, atau saat liburan sekolah.
Pada saat liburan, jumlah pengunjung di Lau Kawar rata-rata 400-500 orang. Para pengunjung ini biasanya membawa perlengkapan tenda dan makan sendiri. Tiket pengunjung yang relatif murah, sebesar Rp 2.000 per orang, memang terjangkau bagi pelajar dan mahasiswa.
Menurut Pelin Sembiring (35), Pengelola Lau kawar dan Anggota Tim Penyelamat di Danau Lau Kawar dan Gunung Sinabung, sekitar 90 persen pengunjung Lau Kawar adalah kelompok pencinta alam, baik dari kalangan mahasiswa dan pelajar.
"Mungkin karena terletak di kaki gunung tertinggi di Sumatera Utara, Danau Lau Kawar lebih akrab di telinga kelompok pencinta alam, khususnya pendaki gunung," ujarnya.
FASILITAS di sekitar Lau Kawar memang belum disiapkan untuk keluarga yang menginginkan fasilitas istirahat yang nyaman. Di sekitar Lau Kawar hanya terdapat satu penginapan sederhana dengan tarif Rp 25.000 per kamar. Sedangkan tempat makan hanya berupa kedai kecil yang menjual mi rebus dan goreng-gorengan.
Selain itu, jalan menuju Lau Kawar yang berliku juga sempit yang agaknya membuat agen perjalanan enggan menyertakannya menjadi rute perjalanan wisatawan sehingga danau ini tetap sepi pengunjung. Padahal, jarak Lau Kawar ke Medan hanya sekitar 80 km, atau sekitar 30 km dari Kota Brastagi.
Dari Kota Medan, pengunjung dapat naik bus trayek Medan-Kabanjahe dari Terminal Pinang Baris. Setelah sampai di Brastagi bisa turun di terminal, dan bisa melanjutkan perjalanan dengan menggunakan angkutan pedesaan dengan trayek Takshima yang akan berakhir di Danau Lau Kawar. Namun, pelancong harus sedikit sabar karena trayek Takshima ini agak jarang.
Sepanjang jalan dari Brastagi ke Lau Kawar bisa disaksikan kesuburan tanah Karo Simalem atau Karo yang cantik. Aneka sayur terhampar luas, berseling dengan ladang jeruk yang dipenuhi buah yang menguning. Kalau mau, pelancong bisa membeli jeruk yang baru dipetik dari ladang dengan harga murah.
Tanpa ada uluran tangan berbagai pihak, pesona Lau Kawar dan keindahan jalan menuju danau ini agaknya akan tetap tersembunyi dan hanya akan dinikmati mereka yang terbiasa dengan petualangan. (AHMAD ARIF)
how wonderful is our village
BalasHapusaku suka ....
BalasHapus